Ashoka: Justin Protes Pada Helena, Ashoka Di Uji Teman & Dharma Tak Ingin Putranya Menjadi Seorang Kesatria
Cerita serial Ashoka episode sebelumnya, Helena yang membuat siasat agar Chanakya dan Ashoka dianggap sebagai pengkhianat kerajaan, membuat Ashoka kembali dihadapkan sebagai tersangka di pengadilan kerajaan Magadh. Sekali lagi, Chanakya menggagalkan rencana Helena. Raja Bindusara memberitau Ashoka mendapatkan pendidikan di sekolah para bangsawan. Ashoka senang, teman-temannya di kandang kuda juga senang, semua mengelukan Ashoka dengan teriakan, “Hidup Raja Hutan! Hidup!
Sinopsis serial Ashoka episode #28, Seleucus di rumahnya, mendengar pembelaan Rakhshaas atas gagalnya rencana untuk membantu Helena, “Aku bukan hanya majikannya, aku anggap dia sebagai putraku, Sakur rela kehilangan nyawa, dia tidak akan mengkhianati aku. Dia harus menjadi perisaiku, demi untuk menyelamatkan nyawaku, dia pernah terkena tiga anak panah demi menyelamatkan aku”.
Nicator menjawab dingin, “Aku hanya ingin tau, Sakur tidak sampai ke tempat yang seharusnya dia datangi. Gara-gara dia, rencana kita sebesar ini, telah gagal. Entahlah, apakah kami melakukan kesalahan dengan mempercayaimu”. Rakhshaas menyakinkan, “Kita berdua yang salah, karena menjadikan Chanakya yang licik sebagai musuh kita, dan setelah sekian tahun, dia masih sangat hati-hati. Aku yakin, kalau Sakur tidak sampai kesana, ini gara-gara Chanakya. Aku sendiri yang akan mencari sakur, jika dia bukan tawanan Chanakya, dia pasti akan mengerti isyaratku dan akan datang menemuiku”. Memberi sikap salam, kemudian keluar ruangan meninggalkan Nicator.
Di ruangan Helena sudah duduk dengan gaya angkuhnya, Justin berjalan mondar mandir gelisah. Helena berdiri lagi sambil meremas-remas tangannya, “Chanakya, dia telah berkali-kali telah menggagalkan rencana kita, kalau kita mau menang, maka Chanakya harus mati!’.
Justin terbelalak menatap ibunya itu, “Apa yang kau katakan Mitira, apa yang kita dapatkan dengan membunuh Chanakya. Dia sudah mengatur agar Ashoka di didik di sekolah para bangsawan dan tinggal di dalam istana. Meskipun Chanakya mati, dia tetap akan hidup dalam wujud Ashoka dan itupun akan menjadi penentang kita”, menahan agar suaranya tidak terlalu kencang.
Helena yang tersulut kemarahan, sedang tidak bisa berpikir jernih, yang terlihat hanya hambatan di depan matanya, “Kita akan bunuh juga Ashoka’. Justin terbelalak lagi, menggelengkan kepala, menarik nafas, menghampiri ibunya itu, “Mitira! Ini bukan saatnya mengambil keputusan secara tergesa-gesa. Kita, kita harus tenang untuk beberapa lama”. Helena menarik nafas dalam, melotot, “Apa kau ini sudah gila! Menunggu sama saja dengan terlambat. Haahh, bertahun-tahun, pengorbanan yang kuberikan, apa ini dibiarkan sia-sia!”
Justin menenangkan, “Mitira, selama bertahun-tahun, berkali-kali kita gagal terus. Ini merupakan sebuah isyarat bahwa singgasana tidak akan menjadi milik kita”, sambil berwajah pasrah. Helena berkata, “Putraku, akan menjadi seorang pengecut, tidak kusangka!”, sambil berdiri menyamping dari arah Justin.
Justin melotot tak senang, “Tapi yang kau lakukan ini hanyalah sebuah kebodohan. Kebodohan yang kau lakukan bertahun-tahun! Dengan meyakinkan aku bahwa kau akan berhasil, padahal kita tidak sanggup menjatuhkan dinasti Magadh. Dan itulah yang terjadi sekarang. Kau telah gagal berkali-kali, tapi kau belum menyadari akan hal itu. Apa kata Chanakya, apakah yang dia katakan itu informasi, aku masih ingat dengan jelas kata-katanya, bahwa dia, hanya selangkah lebih jauh. dan itu mengarah ke rencana siasat itu Mitira. Dan aku tidak mau kalau kau melakukan sesuatu yang bisa menghilangkan jarak selangkah itu”. Helena megangkat tangannya mau bicara.
Justin juga mengangkat tangannya, “Tidak Mitira, aku tidak mau dengar apa-apa. Tapi kau harus mengerti, aku menyadari apa yang salah dan benar untukku sendiri. Jika kau melakukan semua ini demi aku, maka kau harus menerima pemikiran dan juga pendapatku. Kau harus menghormati rencanaku, pemikiranku dan juga saranku. Kau ingin aku menjadi penguasa Magadh, wujudkan. Wujudkan hal itu Mitira. Tapi ingat satu hal, orang itu tidak akan bisa jadi penguasa bila ibunya sendiri tidak mau menurunkan anaknya dari pangkuannya!”. Helena menahan sedih mendengar protes kekesalan yang diucapkan Justin tentang sikapnya selama ini sebagai ibu.
Di ruang pengobatan, Shubadrangi masih merawat penduduk yang perlu pengobatan, dengan menenangkan dengan kata-kata, “Sekarang sudah tidak terasa sakitkan”. Si pasien wanita menjawab, “Tidak. Pengobatan anda, pembicaraan anda yng penuh keajaiban, semoga Dewa memberikan umur panjang pada anda”. Si pasien wanita pun meninggalkan ruang perawatn.
Shubadrangi langsung menutup wajahnya dengan selendang begitu melihat Raja Bindusara melangkah mendekat ke ruangan tersebut. Raja Bindusara memperhatikan sekeliling ruang perawatan, “Apakah kau membutuhkan bantuan untuk pengobatan disini”. Shubadrangi menggeleng dibalik selendangnya, “Tidak Yang Mulia, semua sudah disediakan oleh bagian administrasi. Karena itu semuanya bisa diobati dengan baik”. Raja Bindusara mengangguk.
Anak perempuan yang sebelumnya di bantu Ashoka minum obat, muncul, “Mana Ashoka. Ia bilang, kalau aku minum obat dengan teratur, dia akan memberi aku manisan”. Raja Bindusara tersenyum mendengar dan melihat gadis kecil itu. Shubadrangi tersenyum, “Ashoka tidak ada disini, tapi ambillah ladu untukmu”. Gadis kecil mengambil ladu dengan tersenyum, “Tolong sampaikan terima kasih pada Ashoka”. Shubadrangi tersenyum, “Tentu”. Si gadis kecil pun berlari meninggalkan ruangan.
KLIK “ANGKA” Halaman, dibawah artikel “TERKAIT” untuk melihat foto dan kelanjutan kisahnya :