Ashoka: Mencari Pintu Rahasia, Kebakaran Istana, Cinta Mengacaukan Rencana Helena
Serial Ashoka episode sebelumnya, Ashoka memberitau Radhagupt siapa yang bisa mengobati Chanakya. Radhagupt jadi ingat ibunya Ashoka dan menyuruh untuk memanggilnya. Dharma jadi terselamatkan dari kejaran Khorasan. Dengan bantuan ibunya, Ashoka berhasil membuat Chanakya siuman, tradisi akhir pernikahan Yunani, Noor Siyamak tau istana dari lak dan berteriak minta dibukain pintu, Subahu mengeluarkan mereka. Dipihak lain, Ahankara mengetahui rencana ayahnya yang akan membakar istana, ia shok. Chanakya yang sudah siuman memberitaukan bahwa istana akan segera terbakara saat itu juga.
Sinopsis serial Ashoka #111 (episode 101), prajurit yang diperintahkan Helena sudah mempersiapkan pasukan panahnya di luar istana. Mereka dalam posisi siap bidik, dengan anak panah berapi ke arah puncak istana lak.
Di dalam istana, Helena tersenyum senang sambil membathin, ‘Siap-siaplah untuk kehancuran’, sambil membayangkan prajurit panahan diluar istana yang sudah siap. Ia kemudian bicara, “Sekarang aku akan mengajak kedua mempelai ke kuil Yunani”. Bindusara tersenyum mengangguk.
Justin dan Agnishikha turun dari altar mengikuti Helena, di belakang mereka, Nicator mengikuti. Bindusara dan semua tamu yang hadir melepas kepergian keluarga inti pengantin dengan tatap senyum.
Helena, Agnishikha, Justin dan Nicator, beriringan menuju lorong yang sudah mereka tentukan. Helena memberi komando, “Jalan saja terus, jangan sampai ada yang curiga, lagipula, dalam sekejap semuanya akan binasa”.
Di sisi lain istana, Raajaajiraaj masih berlari kesana kemari mencari Ahankara dengan wajah panik, “Ahankara, pergi kemana dia? Aku harus menemukan putriku”, kemudian berlari sambil memanggil, “Ahankara!”.
Di lorong menuju pintu rahasia, Agnishikha tersadar, “Tunggu sebentar! Dimana paman dan keponakanku?”, dengan wajah panik. Helena menatapnya dengan wajah setengah marah, begitupan Nicator, melirik dengan kesal. Justin yang memang sudah kusut dari awal, semakin menunjukkan wajah kusut.
Agnishikha menunjukkan wajah cemas, “Aku tidak mau pergi tanpa mereka!”, kemudian berbalik dan berlari. Helena membuka kedua tangan sambil mengangkat bahunya. Nicator mau memanggil dengan mengangkat tangan, tapi batal. Helena baru mau bicara, saat Justin melihat Noor sekelabat dan langsung berlari mengejar, “Noor!”. Helena menunjukkan wajah cemas pada ayahnya, Nicator, “Amiraj?!”.
Di luar istana, pasukan panah melepaskan panah berapi mereka dari busur. Api berkobar di puncak istana baru. Seorang penduduk melihat kejadian itu, “Ya Dewa, kau menjadikan aku saksi peristiwa seperti apa ini?! Aku harus memberitau seluruh negeri ada kebakaran di istana!”.
Pimpinan pasukan yang diberi tugas Helena untuk membakar istana, memberi instruksi pada anak buahnya, “Kalau ada yang terlihat membantu keluarga istana, bunuh saja mereka! Malam ini adalah malam akhir bagi keturunan Maurya dan kerabatnya, jika ada yang berhasil membukan pintu ini, maka bunuh orang itu dengan anak panah. Kalian semua sudah mengerti! Lakukan sekarang!”.
Di dalam istana, tamu, pelayan yang tidak terlibat semua mulai panik, mereka berlarian kepintu yang tertutup, “Kebakaran”. Akramak yang muncul di tempat itu melihat ke arah langit-langit istana, api sudah berkobar dan pasukan prajurit yang setia, yang sudah diberi komando olehnya mulai melawan pasukan Ujjayani. Akramak sendiri ikut bertarung.
Subahu dan Vasunandhar juga ikut beratrung. Akramak memberi aba-aba ditengah kepanikan orang-orang kalau mereka terkurung, “Kebakaran, tolong!”. Akramak menenangkan, “Ayo cepat! Musuh telah menyerang kita, tapi kami akan membantu kalian semua, hal ini sangat sulit bagi kita”.
Di bagian ruang resepsi, semua tamu terlihat bengong. Bindusara seperti linglung menafsirkan apa yang terjadi. Permaisuri Subrasi, Charumitra, terbelalak melihat api sudah berkobar di bagian puncak istana. Subrasi memegang Dhrupad erat. Calata juga menatap langit-langit istana dengan wajah panik.
Bindusara agak bergeser berdiri ke arah Subrasi dan Charumitra. Orang-orang di depannya berlarian dengan panik. Bindusara mengernyapkan matanya untuk bisa memahami apa yang terjadi, ia melihat ada kobaran api, orang berlarian dengan panik, tapi ia masih belum bisa menerjemahkan apa yang terjadi, karena ia yang paling terakhir mencicipi ladu saat disuapi ibu suri Helena.
KLIK “ANGKA” Halaman, dibawah artikel “TERKAIT” untuk melihat foto dan kelanjutan kisahnya :