Ashoka: Meninggalkan Pathaliputra, Raja Bindusara Merasa Kehilangan dan Tak Berdaya
Cerita serial Ashoka episode sebelumnya, setelah selesai dengan sumpah dan mantra suci, dengan hasil justru sebuah kekecewaan pada simbol Shiwa, Ashoka kembali ke istana, mencari di setiap ruang yang biasa ibunya melakukan kegiatan sebagai tabib. Ashoka heran, kenapa tidak ada yang percaya, ingin pulang menemui ibu, terlintas di kepalanya saat masuk ruangan ibunya yang kosong. Hanya Pangeran Siyamak yang mendukung ucapan dan meyakini Ashoka pasti bisa mencari ibunya. Langkah Ashoka pun mantap meninggalkan Pathaliputra, walau dicegah Radhagupt, ga mempan.
Sinopsis serial Ashoka episode #38, Charumitra yang mendaapt laporan dari Sushima bahwa Justin telah menamparnya, datang menemui Justin dan marah-marah, “Kau memukul dia!”. Justin merespon dengan tenang, “Ow, sekarang aku mengerti. Permaisuri Charumitra, tindakan ku tidaklah salah, apa yang sudah ku lakukan, baik sesuai denga keadaan waktu itu. Cara putramu pangeran Sushima itu,,”.
Charumitra malah menatap dengan tatap meradang dan langsung memotong ucapan Justin,”Sudahlah, sejak kapan kau mengerti perbedaan antara baik dan buruk. Kalau kau tau kebaikan, maka dulu, ketika Yang Mulia dinyatakan sudah tiada, kau dengan buru-buru berusaha memakai mahkota Yang Mulia! Apakah itu, yang kau sebut baik?”. Justin menghindarkan pandangannya, ternyata permasalahan malah melebar kemana-mana.
Charumitra belum berhenti, “Meskipun kau tau, yang berhak untuk memakai mahkota itu adalah Sushima! Untung saja Yang Mulia kembali, kalau tidak kau dan ibumu mau merampas tahta ini dari tangannya”. Justin langsung mengangkat tangan, melotot, “Permaisuri Charumitra! Kau sudah mengatakan banyak hal tentang aku, tapi jangan menjelekkan Mitira. Huhmmm, sebelum kau menuding orang lain ada baiknya kalau kau melihat kelakuan putramu itu”.
Charumitra tetap tidak terima, “AKu bukan permaisuri lemah, yang masih menggendong anak berusia satu tahun. Sushima adalah putraku. Dan jika ada yang mengatakan sesuatu tentang dia! akau tidak akan terima. Dan jika kau sampai memukulnya lagi! Kau akan menyesal. Dia calon penguasa Magadh. Ingat itu!”, sambil tunjuk Justin dengan wajah dan tatapan mengandung ancaman.
Justin menatap sejenak kemudian senyum mengejek, berkata tenang, “Mungkin kau lupa permaisuri Charumitra, siapa yang akan menjadi pewaris kerajaan ini, sampai sekarang masih belum diumumkan”, balas menatap Charumitra dengan tatapan menantang. Charumitra dengan wajah marah, melengos pergi. Justin meliriknya dengan senyum yang dapat diartikan, ‘kau mau mengancamku?’.
Di gerbang Pathaliputra, Ashoka sedang berdiri mengantri untuk bisa keluar gerbang. Chanakya diikuti Radhagupt muncul. Chanakya memanggil, “Ashoka”. Ashoka menoleh, langsung menghampiri Chanakya, “Hari ini jangan berusaha mencegahku Acharya, kalau tidak, aku akan melewati batasanku”.
Chanakya menatap Ashoka tajam, “Jika hari ini kau pergi dari Pathaliputra ini berarti kau akan melanggar batasan-batasan martabat, yang dapat diartikan sebagai melanggar janji yang kau berikan pada ibumu sendiri”. Ashoka meradang, “Sesuai kemudahanmu, kau bisa membalikkan segala hal seenaknya Acharya! Bagus sekali. Kalian semua mengatakan kalau ibuku sudah meninggal. Kalau dia memang sudah meninggal, maka semua ucapan dan janjinya juga hangus terbakar! Bersamaan dengan dia di kremasikan Acharya! Lalu, janji apa yang kau bicarakan, dan juga, batasan apa yang dilanggar Acharya?! Aku sudah bebas. Aku bebas dari setiap janjinya!”.
Ashoka mengatupkan kedua telapak tangan di depan dada, “Kau yang menang, kau juga yang kalah. Aku tidak bisa memainkan permainan ini lagi, aku mau pergi! Aku mau pergi dari Pathaliputramu ini Acharya! Dan sekarang, aku tidak akan kembali lagi, tidak akan!”, sambil merapatkan kedua tangan di depan dada, mau melangkah. Chanakya menjawab tenang, “Aku bisa mengerti keadaan hatimu saat ini. Tapi karena emosi dan tergesa-gesa jangan-jangan kau melakukan kesalahan besar”.
Ashoka malah setengah berteriak merespon, “Kesalahan besar yang aku lakukan, adalah menuruti kemauanmu! Simpan saja, simpan saja Pathaliputramu yang penuh tipu muslihat untukmu sendiri!”, sambil kembali merapatka kedua telapak tangan di depan dada, tanda minta jangan dihalangi lagi, cukup. Chanakya terdiam melihat Ashoka yang begitu marah. Ashoka pun melangkah menuju gerbang.
Prajurit langsung menghalangi langkah Ashoka. Chanakya dan Radhagupt memperhatikan di tempatnya berdiri. Ashoka berusaha menerobos prajurit yang ternyata tidak mau memberi jalan padanya. Ashoka pun bertindak, ia menarik belakang kepala dua prajurit dihadapannya dengan gerak cepat dan saling membenturkan dua prajurit tersebut, yang sudah dapat dipastikan dua prajurit tersebut terjatuh saling tindih. Ashoka bergerak cepat mencari jalan yang tidak dihalangi, prajurit mengejar. Chanakya terpana oleh gerakan Ashoka, yang walau dalam emosi yang sangat marah, masih tetap bisa berpikir cepat.
KLIK “ANGKA” Halaman, dibawah artikel “TERKAIT” untuk melihat foto dan kelanjutan kisahnya :