Ashoka: Raja Mulai Sadar, Sidang Ditunda, Cinta Ibu Pada Anaknya
Cerita serial Ashoka episode sebelumnya, tetap dengan sifatnya yang penuh percaya diri, Ashoka menjalani persidangan, penawaran ratu, Chanakya muncul membela keadilan dan kebenaran. Tetapi Ashoka keberatan dibela Chanakya. Ratu memanfaatkan hal itu untuk menyudutkan Chanakya, yang begitu gigih membela Ashoka. Chanakya bilang kalau dia membela dirinya, mengungkap dalang pengirim orang yang ingin membunuhnya. Chanakya menghadirkan si penyerang ke hadapan sidang.
Sinopisi serial Ashoka episode #7 (6B + 7A), diawali oleh Chanakya yang bicara di ruang sidang, “Salam untuk tabib istana. Tabib istana, kau harusnya tau, bahwa seorang tabib Raja itu menyembuhkan secara terbatas dan khusus, hanya untuk Raja saja dan keluarganya. Bukanah kau sudah tau itu? Huh”. Si tabib seperti menelan ludah, tertunduk. Bola mata Justin semakin membesar, ia terlihat sedang berpikir. Khorasan menunggu alasan tabib dengn alis berkerut.
Chanakya menatapnya, “Hummm”. Ashoka mengikuti dengan serius dengan wajah menunjukkan kertertarikan. Tabib melihat ke arah Ratu. Ratu Helena mengangkat dagunya. Chanakya memaparkan pikirannya lagi, “Yang sangat menggangguku adalah saat Raja Bindusara sedang terbaring sakit. Kau meninggalkan perawatanmu begitu saja, untuk membantu seorang prajurit yang terluka tabib istana”.
Tabib terbayang saat dia merawat si prajurit, kemudian menyampaikan alasannya, “Sudah menjadi kewajiban kami untuk membantu siapapun yang terluka”. Chanakya langsung menyambut ucapan dengan wajah senyum, “Aneh sekali, kenapa kewajiban itu tidak dilakukan terus sampai saat ini kepada semua prajurit Magadh yang ada, tabib istana”. Si tabib ternganga, menelan ludah membasahi tenggorokannya yang kering, tak bisa menjawab, hanya tertunduk. Helena dan Justin menunjukkan wajah serius. Ashoka ikut memperhatikan ekspresi tabib.
Chanakya menunjuk si tabib, “Karena kau tau benar, dengan melakukan itu, kau melanggar aturan bagi seorang tabib di Kerajaan Magadh. Kalau kau sampai melanggar peraturan dari Kerajaan ini untuk menyembuhkan luka-luka seorang prajurit belaka! Maka itu artinya, kau telah melakukan kewajiban dibawah perintah dari orang yang paling berkuasa di kerajaan ini”. Tabib tertunduk, tak bisa memberi alasan, ia menatap Helena yang terlihat menghindarkan pandangannya. Justin juga menatap ibunya. Ashoka memperhatikan ekspresi orang-orang tersebut.
Chanakya menjelaskan lagi, “Ini tidak mungkin hal yang kebetulan”. Tabib semakin menunjukkan wajah gelisah. Helena menunjukkan wajah waspada. Khorasan semakin serius. Chanakya terus memaparkan, “Dan bukan kebetulan juga, kalau aku, dan juga Raja, diserang pada waktu yang bersamaan. Untuk ini adalah sebuah persengkokolan! *Helena Justin gelisah*, Sebuah rencana yang sudah dipersiapkan. Rencana yang sudah diatur secara khusus oleh mereka yang merasa takut pada Raja ataupun kepadaku. Aku dan Raja punya satu musuh yang sama. Dan siapa orang itu, akan terungkap dengan jelas lewat pernyataan Prata”. Helena melihat Justin, mengangguk samar. Justin maklum.
Seperti biasa, saat persengkokolannya akan terbongkar, Justin langsung berdiri, berteriak, “Prata! *Cabut pedang, melangkah turun dari tempat duduknya menuju tertuduh*, Siapa orang yang memerintahkan, Ayo bicara Prata!”, mendekatkan pedangnya ke leher Prata, kesannya memberi ancaman, padahal tatapan mata Justin mengandung ancaman lainnya, “Katakan kebenarannya”. Prata langsung menarik tangan Justin yang memegang pedang hanya bebera senti dari lehernya. Sudah tentu pedang melukainya.
Melihat itu, Helena pura-pura menunjukkan wajah kaget. Chanakya terbelalak, Ashoka ternganga, Ugrasena dan beberapa anggota sidang terlonjak kaget dari tempat duduk. Helena menunjukkan wajah puas.
Prata roboh, Justin memasukkan pedang miliknya ke sarungnya, melik Ugrasena yang tersenyum tipis sambil mengangguk ringan. Justin melirik Helena. Helena kembali bisa menunjukkan wajah egoisnya. Chanakya dan Ashoka menatap tubuh Prata yang tergelatak dekat mereka dengan wajah meringis. Tabib semakin menalan ludah. Khorasan terbelalak. Orang-orang yang hadir di persidangan sibuk dengan keterkejutan mereka. Helena menghembuskan nafas lega.
Selanjutnya, prajurit sigap membersihkan ruang sidang, mengangkat tubuh Prata. Ashoka sampai menoleh kebelakang, mengikuti dengan matanya tubuh itu diangkat prajurit. Justin kembali ke tempat duduknya dengan wajah menyembunyikan kelegaan.
Chanakya menatap Helena yang mulai menunjukkan wajah angkuhnya, mulai bicara, “Jika dia ungkap kebenaran, dia mungkin bisa lolos dari hukuman mati. Akan tetapi, dia telah membuktikan dengan menyerahkan hidupnya, bahwa dia lebih takut jika kebenaran itu terungkap daripada menghadapi kematian”.
Helena mengalihkan ke topik lain, biar ‘halangan’ yang ada bisa disingkirkan lgi, “Sekarang hanya anak ini yang bisa beritau kami dari nama pelaku yang sebenarnya”. Ashoka menunjukkan wajah kaget, sekaligus tak percaya melihat sosok Ratu yang duduk disebelah singgasana kosong itu. Chanakya berkata, “Ratu, sudah ku katakan, ada perbedaannya antara seorang tertuduh dan penjahat. Sebelum semua tuduhan terhadap anak ini bisa dibuktikan, anak ini hanyalah seorang tertuduh, bukanlah penjahat”.
Helena berbicara,”Kalau memang kau mau membela anak ini, yang dituduh menyerang Raja dari Magadh, maka baiklah untuk membantu Kerajaan Magadh dan membuktikan kejahatan dari anak ini, aku, menugaskan Amartya Calata”. Calata kaget, menatap Ratu. Ratu menatapnya dengan tatap tak menunjukkan keraguan. Chanaky menatap Ratu Helena dengan tatap salut pada cara licik wanita itu.
KLIK “ANGKA” Halaman, dibawah artikel “TERKAIT” untuk melihat foto dan kelanjutan kisahnya :