Saraswatichandra: Kumud Diantara Pilihan, Sakit Pramad & Pertunangan Kusum
Saraswatichandra sinopsi sebelumnya, Kumud sangat tegang mengetahui penyakit Pramad yang parah karena akan berimbas pada masa depannya sendiri. Ia merasa Tuhan tidak menjawab doa-doanya bersama Saras, tapi menjawab doa lain membalas Pramad dengan penyakit. Saras menenangkan kumud dengan mengatakan aku selalu bersamamu, disisi lain aku hanya ingin Kumud, pinta Pramad pada orangtuanya saat diminta minum obat.
Sinopsis serial Saraswatichandra episode 195 dan 195, Saras berpesan pada Danny dengan memegang lengannya dan menatapnya lekat, “Jangan melakukan apapun yang mematahkan kepercayaan Kumud hari ini, dia sudah sangat tegang”. Hp dikantong celananya berbunyi. Saras mengangkatnya sambil berjalan beberapa langkah dari tempat Danny berdiri.
Danny membuang sesak di dadanya sambil menoleh ke arah ruang pertemuan keluarga calon mempelai pria sedang di jamu, “Kau bisa menipu semua orang, tapi bukan aku”. Tiba-tiba disamping Danny muncul Kalika, “Kau juga telah tertipu Danny, apa kau tidak tau dibalik alasan air mata Kusum”. Danny menoleh dengan mimik bingung, “maksudmu”.
Kalika sudah membuka mulut mau memberitau Danny saat dia mendengar suara Saras menjawab telpon “Hallo”, yang berdiri tak jauh dari situ, membelakanginya. Kalika membatalkan niatnya, langsung ngeloyor pergi, bisa berabe kalau Saras mendengar informasi yang akan disampaikannya.
Danny membathin, ‘Apa yang dimaksudkannya’. Telpon Saras ternyata terputus, ia menoleh ke Danny dan mengajaknya pergi dari situ.
Di ruang pertemuan, Kumud tersenyum pada keluarga Mohan yang sedang menunggu dipanggilkan calon mempelai wanita. Kumud melangkah keluar dari ruang pertemuan karena mendengar bunyi telpon rumah. Sampai di depan telpon, ia sempat ragu untuk mengangkatnya.
Saat itu terdengar langkah orang turun tangga, Kumud menoleh, ternyata Saras, ia menatap dengan wajah tegang. Saras dengan wajah tenang memberi isyarat lewat gerakan menelengkan kepala kalau ia akan menuju pintu keluar disampingnya.
Kumud ga merespon, wajah tegangnya justru melihat ke arah ruang tamu berkumpul, kemudian menoleh ke arah Saras lagi, sekarang Danny yang terlihat turun tangga menyusul Saras.Saras langsung menggamit tangan adeknya itu untuk segera pergi.
Kalika datang bergegas, “tunggu Saras, jika kau tidak bisa tinggal, setidaknya biarkan Danny tinggal disini”. Dugba juga muncul dan berdiri disamping Kalika. Sepertinya Kalika menggeloyor pergi tadi untuk memberitau Dugba, karana hanya Dugba yang bisa menahan atau ‘mempengaruhi’ Saras saat situasi seperti. Dugba langsung menguatkan, “Iya Saras, biarkan saja dia tinggal disini dulu. Sekarang kalian mau pergi, kami merasa tidak enak”.
Wajah Saras yang terlihat kaku, berpikir. Kumud di tempatnya berdiri juga melihat dengan wajah tegang, Kalika menunggu keputusan Saras dengan wajah harap cemas. Dugba menunggu dengan wajah senyum harap.
Dengan berat hati, yang terlihat dari wajahnya, Saras memegang pundak Danny, memberi isyarat dengan anggukan dan lewat mata, agar Danny mengingat apa yang sudah dipesankan sebelumnya. Danny mengiyakan lewat tatapan mata pada kakaknya.
Saras melihat ke arah Kumud yang tetap berdiri terpaku dengan wajah tegang disamping meja telpon, baru Saras melangkah ke pintu tanpa berkata-kata lagi. Kalika mengajak Danny untuk ke ruang pertemuan diikuti Dugba.
Saras melanjutkan langkahnya menuju mobilnya yang terpakir di halaman. Hpnya kembali berbunyi. Begitu melihat nama yang menelpon, wajahnya semakin terlihat tegang.
Saras menerima telpon, menempelkan ke kupingnya, langsung terdengar suara Tuan Budhi yang setengah putus asa, “Ia tidak mau minum obatnya, dia sudah memutuskan untuk tidak menjalani pengobatan,, kecuali Kumud datang kemari”. Saras menarik nafasnya dalam-dalam untuk menenangkan dirinya. Tuan Budhi masih berkata di telpon, “Tapi setelah apa yang terjadi, tidak mungkin Kumud datang”.
Di dalam, di telpon rumah, Kumud juga sedang menerima telpon dari Soubhagya, “Untuk melindungi martabat seorang wanita, aku bahkan menampar putraku sendiri. Aku bahkan meninggalkan orang yang sangat ku sayangi. Tapi aku tidak tahan jika sampai melihat putraku mati di depan mataku Kumud, Aku mohon”. Soubhagya menelpon sambil menangis. Kumud yang menerima telpon dengan wajah tegang, awalnya terlihat tak terpengaruh.
Di halaman, Saras masih menerima telpon Tuan Budhi dengan wajah menahan emosi dan ketegangan, “Saraswatichandra, kau menganggapku seperti ayahmu, karena itu demi aku. Aku mohon padamu, tolong bicaralah dengan Kumud, iya tidak akan menolakmu, tolong cobalah. Karena kalau tidak Saraswatichandra, *Tuan Budhi menahan tangis*, aku akan kehilangan putraku”. Saras menutup telpon dengan mata bergerak cepat, memikirkan tindakan apa yang harus diambilnya.
Di dalam, Kumud masih menerima telpon Soubhagya yang menangis membujuknya, “Tolong kasihanilah aku, sekali saja tolong datanglah Kumud. Sekali saja”. Kumud menahan sesak di dadanya, kemudian menutup telpon. Di lema yang rumit, pertunangan Kusum jadi taruhannya. Wajah tegangnya berpikkir, kemudian berlari ke luar rumah, menuju halaman.
KLIK “ANGKA” Halaman, dibawah artikel “TERKAIT” untuk melihat foto dan kelanjutan kisahnya :